4 Tips Membuat Suasana Nyaman dalam Public Speaking

Bagi banyak orang, public speaking (berbicara di depan umum) adalah kegiatan yang menakutkan. Selain grogi, biasanya hal yang mereka takutkan adalah suasana tidak enak yang terjadi selama mereka melakukan presentasi, pidato, memimpin rapat, bahkan saat berdiskusi. Suasana yang “tidak enak” ini bermacam-macam, tapi sekarang kami mau membahas beberapa suasana yang paling sering terjadi tetapi justru sebenarnya bisa diatasi dengan cepat – dan mudah dong. Suasana ini biasanya terdiri dari suasana seperti pembicara merasa kurang diperhatikan (dicuekin) atau audience merasa pembicaranya membosankan, kurang ramah – bahkan menakutkan.

Salah satu hal yang sering membuat pembicara sering dicuekin audience adalah pembicara justru duluan nyuekin pendengarnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Biasanya hal ini terjadi bila sejak awal pembicara tersebut “sibuk sendiri” dengan pidatonya, papan tulis (biasanya saat sekolah, kuliah, atau presentasi rapat), teks naskah, atau bahkan dengan lantai – ya! dengan lantai!

Pembicara yang mendapat masalah ini biasanya lebih berkonsentrasi memilih kata-kata, sibuk menulis dan “berbicara” dengan papan tulis kesayangannya, sibuk membaca teks naskahnya, bahkan menatap langit-langit atau menunduk memandangi lantai karena kurang PD. Bagaimana audience anda akan memperhatikan anda saat anda sendiri tidak menaruh perhatian yang cukup ke orang-orang yang menanti pembicaraan anda?

1. Tatap Audience Anda

Solusinya adalah: berikan perhatian yang cukup ke audience anda. Pastikan anda sebagai pembicara juga memperhatikan audience. Tataplah mereka, dan pastikan mereka merasa diperhatikan.

Mengapa? Saat anda menatap mereka, mereka akan merasa bahwa anda sedang berbicara pada mereka sehingga mereka menaruh perhatian pada apa yang anda ucapkan, dan sebaliknya. Saat anda tidak menatap audience, mereka merasa anda tidak berbicara dengan mereka, melainkan dengan papan tulis, langit-langit, lantai, naskah, dan benda-benda lain yang anda tatap dan mainkan. Bayangkan anda sedang berduaan dengan kekasih dan dia tak pernah menatap anda saat ia berbicara, apakah anda masih merasa ia berbicara dengan anda?

Jadi, jika materi presentasi sudah anda kuasai, slide presentasi yang anda siapkan sudah tampil menarik, anda sudah cukup berlatih – intinya, tak ada yang salah dalam presentasi anda – dan anda masih merasa kurang mendapat perhatian audience, perhatikan satu hal ini.

Perhatikan pula cara anda menatap para audience anda. Berapa lama anda menatap? Bagian mana yang anda tatap? Bagaimana cara menatap puluhan orang? Bagaimana cara menatap 5 orang? Dan bagaimana ekspresi anda saat menatap? Untuk teknis cara menatap ,anda bisa mempelajari dan melatihnya pada pelatihan-pelatihan public speaking. Hal yang satu ini adalah salah satu aspek yang jauh lebih mudah dijelaskan dengan praktek daripada dengan kata-kata.

2. Ajukan Pertanyaan Ringan, lalu Ajak Diskusi

Selanjutnya, agar audience berusaha mengingat materi/tema yang anda bahas, lemparkan pertanyaan yang berhubungan dengan isi pembicaraan anda. Hasil yang anda dapatkan akan lebih maksimal jika anda mendiskusikan jawaban-jawaban yang anda dapat.

Kegiatan tanya-jawab dan diskusi membawa banyak manfaat. Metode mengingat yang paling sederhana untuk mengingat adalah pengulangan. Dengan mengajukan pertanyaan, sekumpulan orang yang ada di hadapan anda akan mengaktifkan pikiran untuk mengulang materi presentasi anda. Maka, akan semakin banyak pula hal yang mereka ingat seusai presentasi anda. Dengan cara diskusi, anda bahkan bisa menambah wawasan dengan mengolah berbagai masukan yang diberikan hadirin.

Serta kembali ke pembahasan awal, tingkat perhatian peserta akan meningkat saat diskusi karena saat anda menerima masukan dari audience, mereka merasa anda memberikan perhatian penuh pada mereka.

Selain hal di atas, seringkali kita merasa tidak nyaman saat mendengarkan seseorang yang berbicara di panggung. Suasana yang dibangun oleh pembicara seringkali terlalu kaku, membawa kesan menegangkan, kurang ramah, bahkan menakutkan. Perasaan yang muncul adalah seakan-akan acara yang sedang berlangsung adalah ospek kampus dengan pembicara utama sebagai komandan lapangannya.

Jika hal-hal di atas adalah kejadian yang anda hadapi saat anda menjadi seorang pembicara – kecuali anda memang seorang komandan lapangan, yang perlu anda lakukan adalah mencairkan suasana. Hal ini bisa anda capai dengan memberikan jokes, guyonan, candaan, dan lainnya yang bisa memancing senyum dan tawa audience.

Tapi anda tetap harus berhati-hati dalam menggunakan candaan, tidak semua orang bisa memberikan candaan yang bisa diterima semua orang. Saat candaan anda tidak diterima dan tak ada audience yang tertawa, candaan anda akan menjadi tidak mengena – istilah gaulnya: garing. Apalagi saat candaan yang anda sampaikan tidak dapat diterima sebagian kalangan (audience perempuan akan merasa risih dengan candaan yang vulgar dan berbau seks; menggunakan jokes berbau SARA di lingkungan yang multi etnis dan agama juga bukan ide yang bagus, hindari hal ini).

Bila jam terbang anda dalam public speaking masih terbilang rendah (sehingga anda masih kesulitan dalam membuat jokes), gunakan hal-hal sederhana berikut untuk mencairkan suasana.

3. Berkenalan di awal

Upaya anda untuk mengenali audience, akan membuat audience anda rela membongkar dinding pemisah antara pembicara dan pendengar. Mereka akan merasa anda dekat dengan mereka.

Sebuah contoh menarik yang dapat saya ceritakan adalah seorang dosen kimia dasar pada saat saya mulai berkuliah. Di awal kuliah, dosen ini meminta ketua kelas membuat buku yang berisi biodata peserta kuliahnya – lengkap dengan nama panggilan dan foto. Di luar waktu kuliah, beliau berusaha menghafal nama mahasiswanya.

Darimana kami tahu? Beliau selalu memanggil nama kami saat menunjuk dan mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan. Beliau bahkan menyebut nama saya saat saya terlambat masuk kelas – walau akhirnya tetap dikeluarkan karena telat lebih dari 15 menit

Di GPS, trainer kami juga sering memasukkan hal ini pada saat diskusi. Bagaimana cara berkenalan saat tampil, dan apa beda cara penggunaan tips ini saat peran yang kita lakukan berbeda: presenter, moderator, menjadi MC, bahkan pidato.

Berhubungan dengan bagian awal artikel ini, berkenalan juga bisa anda gunakan untuk memaksimalkan perhatian audience lho.

4. Tersenyumlah

Kami serius! Tersenyumlah. Orang yang sering tersenyum akan mudah dekat dengan orang lain, bahkan orang asing sekalipun. Dalam konteks public speaking, pembicara yang tersenyum adalah pembicara yang ramah. Hal ini akan membuat audience merasa nyaman dengan anda.

Jika diartikan dengan bahasa tubuh, pembicara yang tersenyum menunjukkan bahwa ia adalah orang yang senang dengan audience-nya dan menyampaikan pesan bahwa ia bukanlah ancaman untuk para pendengarnya. Dengan tersenyum, anda menampilkan diri anda sebagai orang yang :

• Senang, mengerti, dan nyaman dengan materi yang anda sampaikan;
• Penuh percaya diri, dan;
• Nyaman dengan diri anda sendiri.

Bukankah hal ini sangat bagus untuk figur anda?

Pergunakanlah senyum dengan cara, waktu, momen, dan acara yang tepat. Berkacalah, tersenyumlah, dan tanyakan pada diri anda, “senyuman apa yang ingin saya lihat dari seorang pembicara”. Beberapa orang dapat dengan mudah melatih yang baru saja saya sebutkan dalam paragraf ini, namun mayoritas orang membutuhkan bimbingan profesional untuk melatihnya.

Sekarang, membangun suasana yang nyaman bukanlah hal yang membingungkan lagi. Dengan sedikit latihan dan bimbingan, anda bisa tampil lebih baik dengan beberapa tips di atas. Keep practicing, because talking about public speaking, it’s all about enough preparation, right techniques, and a lot of training. Semoga bermanfaat.